Kamis, 27 Mei 2010

ULAMA SALAF DAN KHALAF

 Ulama Salaf
Ulama salaf dan ulama kholaf, banyak pakar yang telah mengklasifikasikan tentang ulama salaf dan kholaf.Ulama salaf menurut Thablawi Mahmud adalah ulama yang hidup pada zaman dahulu[1] dengan merujuk pada generasi sahabat , tabi’in-tabi’in para pemuka pada abad ke 3 H. Dan para pengikutnya pada abad ke 4 yang terdiri atas para muhadditsin dan lainnya. Salaf juga berarti ulama-ulama sholeh yang hidup pada tiga abad pertama islam.[2]Menurut As-adalah syahrastani, ulama salaf Yang tidak menggunakan takwil )dalam menafsir ayat ayat mutasabihat) dan tidak mempunyai ayat tasbih (anthropomorphisme. ) Sedangkan menurut Al-bisybisyi dalam al-Firok al-Ilamiyah mendifinisikan salaf sebagai sahabat, tabiin, yang dapat di ketahui dari sikapnya menampik penafsiran yang mendalam mengenai sifat sifat allah yang menyerupai segala sesuatu yang baru untuk menyucikan dan mengagungkanya.
            Gerakan salafiyah berkembang terutama di bagdad pada abad ke 13. Pada masa itu terjadi gairah mengebu-gebu yang di warani fanatisme kalangan kaum hambali. Sebelum akhir abad itu, terdapat sekolah-sekolah hambali di jarussalemdan damaskus. Di maskus kaum hambali makin kuat dengan kedatangan para pengungsi dari irak yang di sebabkan seorang mongol atas irak.
 Ibrahim Madzkur menguraikan karaksteristik ulamak salaf atau salafiyah sebagai berikut.
1.      Mereka lebih mendahulukan riwayat ( naql ) dari pada dirayah ( aql ).
2.      Dalam persoalan pokok-pokok agama (usuluddin) dan persoalan-persoalan cabang agama ( fur ad-din ), mereka hanya bertolak dari penjelasan dara AL-Kitab dan AS-sunah.
3.      Mereka mengimani Allah tanpa lebih lanjut (tentang zat nya) dan tidak pula mempunyai faham anthropomorphisme.
4.      Mereka memahami ayat-ayat Al-Quran sesuai dengan makna faham lainnya, dan tidak berupaya untuk menak wilkannya.
Apabila melihat karaksteristik yang dikemukakan ibrahim Madzukur di atas, tokoh-tokoh berikut ini dapat di katagorikan sebagai ulamak salaf, yaitu Abudualah bin abbas (68H),Abdullah bin umar (74 H), Umar Abd Al-Aziz (101 H), Az-Zuhri(124 H),Ja’far Ash-Shahadikq (148 H), dan para imam mazhab yang empat (Imam Hanafi,Maliki,syafi’i dan ahmad bin Hanbal). Menurut Harun Nasution,secara kronologis salafiyah bermula pada imam Ahmad bin Hambal.Lalu, ajaranya di kembangkan oleh Imam Ibnu taimiyah, kemudian disuburkan oleh imam muhammad bin abdul wahab, dan akhirnya berkembang di dunia islam secara sporadis[3] di indonesia sendiri gerakan ini berkembang lebih banyak di laksanakan oleh gerakan-gerakan persatuan islam (persis), atau muhammadiyah, gerakan-gerakan lainnya, pada dasarnya juga di anggap sebagai gerakan ulama salaf, tetapi teologinya sudah di pengaruhi oleh pemikiran yang di kenal dengan istilah logika, sementara itu, para ulama yang menyatakan diri mereka sebagai ulama salaf, mayoritas tidak mengunakan pemikirang dalam pembicaraan masalah teologi (ketuhanan) Beberapa tokoh ulam salaf dan pemikirannya, terutama yang berkaitan dengan persoalan-persoalan kalam.
A.      Imam Ahmad bin Hambal
·                Riwayat singkat hidup ibnu hambal
ia di lahirkan di bagdad tahun 164 h / 870 m. Dan meninggal 241 h / 855 m. Ia seraing di panggil abu abdillah karena salah seorang anaknya bernama abdillah.  Namun ia lebih di kenal degan nama imam Hambali karena merupakan pendiri mazhab Hambali.  
·                Pemikiran teori ibnu hanbal
Tentang ayat-ayat mutashabihat,
dalam memahami al-gur’an, ibnu hanbal  sukalebih menerapkan pendekatan lafdzi tektual dari pada pendekatan ta’wil terutama yang berkatitan dengan sifat-sifat tuhan dan ayat-ayat mutashabihat, hal itu terbukti ketika dia di tanya tentang penafsiran ayat berikut.
Dalam hal ini imam Ibnu Hanbal menjawab :
Artinya: “istiwa di atas arsy terserah pada allah dan bagaimana saja dia kehendaki dengan tiada batas dan tiada seorangpun yang sanggup menyipatinya.
Dari pernyataan di atas, tampak bahwa ibnu hanbal bersikap menyerahkan(tafwidh) makna-makna ayat dan hadis mutasyabihat kepada allah dan rasulnya, dan menyucikannya dari keserupaan dengan makluk. Ia sama sekali tidak menkwilakan pengertian lahirnya.
·                Tentang status al-Qur’an
Salah satu persoalan teologis yan di hadapi imam sunnah Abu Abdullah Muhammad Ibnu Hanbal, yang kemudian membuatnya di penjara beberapa kali, adalah tentang status al-Qur’an apakah diciptakan (makhluk ) yang karenanya hadis (baru) ataukah tidak di ciptakan yang karenaya qodim ?. faham yang di akui oleh pemerintah, yakni dinasti Abbasiyah di bawah kepemimpinan khalifah al-Ma’mun, al-Mu’tashim, dan al-Watsiq, adalah faham Mu’tazilah, yakni al-qur’an tidak bersifat qodim. Tetapi baru dan diciptakan. Faham adanya qodim di samping tuhan, berarti menduakan tuhan, sedagkan menduakan tuhan adalah syirik dan dosa besar yang tidak di ampuni tuhan. Ibnu Hambal tidak sependapat dengan paham tersbut oleh karena itu ia kemudian di uji dalam kasusu mihnah oleh aparat pemerintah, pandanganya tentang ststus al-Qur’an dapat di lihat dari dialognya dngan ishaq bin Ibrahim, gubernur irak.[4] Di aloknya berbunyi:
Ishaq                    : apa pendapat tentang a-qur’an
Ibn hambal           : sabda tuhan
Ishaq                    : apa ia di ciptakan
Ibnu hambal         : sabda tuhan, saya tidak mngatakan lebih dari itu
Ishaq                    : apa arti ayat: maha mendengar (sam’i) dan maha melihat (basir)? (ishaq ingin menguju hambal tentang faham antropomorposis)
Ibnu hambal         : tuhan menyikapkan dirinya (dngan kata-kata itu)
Ishaq                    : apa artinya?
Ibnu hambal         : tidak tahu, tuhan adalah sebagaimana ia sifatkan pada dirinya.
Ibnu hambal dalam dialaognya tidak mau membahas tntang status al-Qur’an ia hanya mengatakan bahwa al-qur’an tidak di ciptakan . [5]    
 lalu diprkuat oleh imam abdullah Muhammad bin ismail al-bukhori dan serterusnya di beri penjelasan yang sangat rinci dengan argumentasi yang memuaskan oleh syaihul islam abu abas taqiyyudin ibnu taimiyah. Dia mngatakan bahwa saya tidak akan melewatkan persoalan ini tanpa memberi isyarat kepadanya, maka saya berkata. Akal secara fitrah memutuskan bahwa Allah memiliki kesempurnaan yang absolute serta kekuasaan yang sempurna, dan kapan saja dia hendak brfirman dalam artian yang umum, yaiitu perkataan yang terdiri dari ungkapan, suara dan huruf, maka dia berfirman sebagaimana yang di kehendakinya. Dan al-Qur’an yang kita kenal ini adalah kalam Allah, dalam artian yang sebenarnya, demikia pula di sebutkan bahwa anggota badan manusia akan berbicara di hari kiamat untuk menjadi saksi atas perbuatan manusia sendiri.[6]
B.       Ibnu Taimiyah
·                Riwayat singkat Ibnu Taimiyah
Nama lengkap Ibnu Taimiyah adalah Taqiyuddin Ahmad bin Al-Halim Bin Taimiyah. Dilahirkan di harran pada hari senin tanggal 10 rabiul awal, tahun 661 dan meninggal di penjara pada malam senin tangal 20 dzul qo’dah tahun 729 H. dikatakan bahwa ibnu taimiyah adalah tokoh salaf yang sangat ektrim karena kurang memberikan ruang gerak leluasa kepada akal. Slain itu dia di kenal dengan sorang yang muhaddish, mufasir, fiqih, teologi, bahkan memiliki penegetahuan yang luas tentang filsafat.
·                Pemikiran teologi Ibnu Taimiyah
Ibrahim madkur mengklasifikasikan tentang pemikirannya Ibnu Taimiyah.
a)      Sanagt berpegnag teguh pada nash (tek al-qur’an dan hadis)
b)      Tidak memberikan ruang gerak yang bebas pada akal
c)      Berpendapat bahwa al-qur’an mngandung semua ilmu agama
d)     Di dalam islam yang di teladani hanya tiga  genrasi saja (sahabat, tabi’in dan tabi’ tabi’in)
e)      Allah memiliki sifat yang tidak bertentangan dengan tauhid dan tetap mentanzihkan-Nya    
Pandangan Ibnu Taimiyah tentang sifat Allah tentang sifat Allah[7]
a)      Percaya sepnuh hati terhadap sifat-sifat Allah yang ia sendiri menyifati atau rasulnya-Nya menyifati sifat-sifat yang di maksud adalah : pertama sifat salbiyah, yaitu qidam, baga’ mukhalafatu lil hawaditsi dan seterusnya. Kedua Sifat ma’ani yang meliputi, qudrah, iradah, sama, bashar, haya, ilmu, dan kalam. Yang ketiga yaitu sifat khabariyah (sifat yang di trangkan dalam al-qur’an walaupun akal bertanya-tanya tentang maknanya) serpeti allah di atas arsy, allah dilahat oleh manusia di surge. Wajah, tangan. Seperti firman Allah
Artinya: bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu Sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. tangan Allah di atas tangan mereka Maka Barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan Barangsiapa menepati janjinya kepada Allah Maka Allah akan memberinya pahala yang besar.[8]
b)      Menerima spenuhnya sifat dan nama Allah  dengan: pertama tidak mengubah maknanya yang tidak di kehendaki. Kedua tidak menghilangkan pengertian lafadz tidak mengingkarinya, tidak mengambarkan bntuk-bentuk tuhan baik di hati atau difikiran, tidak menyerupakan apalagi (menyamakan).  
Ulama khalaf
Kata khalaf di gunakan untuk merujuk para ulama yang lahir pada abad ke 111 H. dngan karakteristik yang bertolak belakang  dengan apa yang di miliki salaf. Di antaranya tentang penakwilan terhadap sifat-sifat tuhan yang serupa dengan makhluk pada pnegrtian yang sesuai dngan ketinggian dan kesucian-Nya [9]
Ø    Tokoh-tokoh ulama salaf
o   Imam al-asy’ari
Riwayat singkat tentang imam al-Asy’ari. Nama lengkap nya adalah Abu al-Hasan ali bin ismail bin ishaq bin salim bin ismail bin abdillah bin musa bin bilal bin abi burdah bin abi musa al-asy’ari, yang lahir di bashrah pada tahun 260H/875m. Wafat di baqhdad pada tahun 324H./935m.
Menurut ibnu asakir, ayah al-asy’ari sorang yang faham ahlu sunah dan ahlu hadis, al-asy’ari adalah seorang toko  faham mu’tazilah mu’tazilah, tapi hanya pada umur 40 tahun, setelah itu dia secara tiba-tiba mngumumkan di hadapan jama’ah masjid Bashrah, bahwa dirinya telah meninggalkan faham mu’tazilah dan menunjukkan keburukan-keburukannya.[10] 
o   Doktrin-doktrin teologi al-asy’ari
Pmikiran al-asy’ari adalah sebagai berikut.
Pertama : tuhan dan sifatnya bahwa perbedaan pendapat di kalangan mutakallimin sifat Allah tak dapat di hindarkan walalpun mereka setuju bahwa mengesakan Allah adalah wajib. Al-asy’ari di hdapakan pada dua pandangan skstrim. Yaitu kelompok mujasimah, dan kelompok musyabihah, dia berpendapat bahwa allah mempunyai sifat yang di sebutkan dalam al-Qur’an dan sunah dan sifat-sifat itu harus di pahami menurut arti harfiyahnya. Di lain pihak dia berhadapan dengan kelompok mu’tazilah yang berpendapat bahwa sifat-sifat allah, tidak lain selain esnsi-Nya, adapun kaki, telinga allah atau arsy atau kursi yang tidak boleh di artiakan scara harfiyah melainkan di jelaskan secara aleogoris. Menghadapi kelompok tersebut al-asy’ari berpendapat bahwa allah memang memiki sifat-sifat itu sperti mempunyai tangan dan kaki, dan ini tidak boleh di artiakan scara harfiyah melainkan secara simbolis. Dalam artian sifat allah itu unik sehingga tidak dapat di bandingkan dengan sifat-sifat manusia yang tanpaknya mirip. Sifat-sifat Allah berbeda dngan allah sendiri, tetapi sejauh menyangkut realitasnya tidak terpisah dari esensi-Nya, dengan demikian tidak berbeda dengan-Nya.[11]
Kedau: kebebasan dalam berkehendak. Mansuia memiliki kemampuan untuk memilih menentukan serta mngaktualisasikan perbuatannya. Al-asy’ari membedakan antara khaliq dan kasb. Menurutnya Allah adalah pencipta (khaliq) perbuatan manusia sdangkan manusia sendiri yang mengupayakannya (muktashib) hanya Allah  yang mampu mnciptakan segala sesuatu termasuk kenginan manusia.[12]
Ketiga: akal dan wahyu al-asy’ari mengakui pentingnya akal dan wahyu . imam al-asy’ari lebih mengutamakn wahyu, sdangkan mu’tazilah mngutamak akal.
Ke empat: qadimnya al-Qur’an al-asy’ari mngataka bahwa al-qur’an biarpun terdiri dari kata-kata ,huruf, dan bunyi, semua itu tidak melekat pada esensi Allah dan karenanya tidak qodim. Nasution mengatakan bahwa Al-Quran bagi Al-As-ari tidaklah di ciptakan sebap kalo ia diciptakan, sesuai dengan ayat.
Artinya:  Sesungguhnya Perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: "kun (jadilah)", Maka jadilah ia.
Ke lima: Melihat Allah
Al-asy’ari yakin bahwa allah bisa di lihat di Arsy. Selain itu ia tidak sependapat mu;tazilah yang mngingkari ru’yatullah. Melihat allah di akhirat[13] tetapi tidak dapat di gamabarkan. Kemungkinan rukyat dapat terjadi manakala allah sendiri yang menyebabkan dapat dilihat atau bilamana ia menciptakan kemampuan penglihatan manusia untuk melihatnya[14]
Ke enam: ke adilan
Al-asy’ari berspektif tetang keadilan dari visi bahwa Allah adalah pemilik keadilan Mutlaq.
Ke tujuh: kedudukan orang berdosa, al-Asy’ari berpendapat bahwa mukmin yang berbuat dosa besar adalah mukmin yang fasik sebab iman tidak mungkin karena dosa selain kufur.
o   Al-maturidi
Doktrin-doktrin teologi al-Maturidi,
Pertama : akal dan wahyu, menurut al-Maturidi mengetahui tuhan dan kewajiban mengetahui tuhan dapat di ketahui dengan akal kemampuan akal dalam mengtahui kedua hal tersbut ssuai dengan ayat-ayat al-qur’an yang mmrintahkan agar manusia mngunakan akal dalam usaha mmperoleh penegtahuan dan keimanannya trhadap allah melalui pengamatan dan pemikiran yang mendalam tentang makhluk ciptaannya
Kedua : perbuatan manusia, menurut al-maturidi perbuatan mansuia adalah ciptaan tuhan karena segala sesuatu dalam wujud ini adalah ciptaannya, husus mengenai perbuatan manusia kebijaksanaan dan keadilan kehendak tuhan mengharuskan manusia memiliki kemampuan berbuat (ikhtiar ) agar kewajiban-kewajiban yang di bebankan kepadanya dapat dilaknsanakannya. Dalam hal ini al-maturidi mempertemukan antara ikhtiar sebagai perbuatan manusia dan qodrat, tuhan sebagai pencipta perbauatan manusia dan manusia bebas memakainya, daya-daya tersbut di ciptakan bersamaan dengan perbauatan manusia.[15]
Ke tiga: kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan al-maturidi perbuatan manusia dan sgala sesuatu dalam wujud ini yang baik dan yang buruk adalah ciptaan tuhan, akan tetapi tuhan berbuat dan berkehendak bukan sewenang-wenang, tetapi kehendaknya itu berlansung sesuai dengan hikmah dan keadilan yang sudah ditetapkannya sendiri.
Ke empat: sifat tuhan, trdapat persamaan antara pemikiran al-maturidi dan al-asy’aari tentang sifat tuhan. Tetapi al-maturidi berbeda dengan asy’ariyah yang mengartikan sifat tuhan mulzamah (ada bersama) dzat tanpa terpisah (innaha lam takun ain ad-dzat wala hiya qhairuhu)
Ke lima : melihat allah: al-maturidi mengatakan bahwa manusia melihat tuhan sesuai dngan firman-Nya.
×nqã_ãr 7Í´tBöqtƒ îouŽÅÑ$¯R ÇËËÈ   4n<Î) $pkÍh5u ×otÏß$tR ÇËÌÈ  
Artinya: Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri.
. kepada Tuhannyalah mereka melihat. (Qs. Al-qiyamah 23-23)
Ke enam: kalam tuhan al-maturidi membedakan antara kalam (baca:sabda) yang tersusun dngan hurup dan bersuara dengan kalam nafsi (sabda yang sebenarnya atau makna abstrak) kalam nafsi adalah sifat qodim bagi allah sdangkan kalam yang tersusun dari hurup dan suara  adalah baru (hadis) kalam nafsi tidak bias kita ketahui hakikatnya dan bagaimana allah bersifat dengannya (bila kaifa) tidak dapat kita ketahui kecuali dngan prantara[16]
Ke tujuh : perbuatan manusia, al-maturidi menytakan bahwa tidak ada sesuatu yang terdapat dalam wujud ini, kecuali semuanya dengan kehendak allah dan tidak ada yang memaksa atau membatasi kehendak-Nya. Kecuali ada hikmah dan keadilan yang di tentukan oleh kehndak-Nya. Kewajiban-kewajiban yang di bebankan ke manusia tidak lpas dari hikkmah dan keadilan-Nya. Kewajiban tersbut antara lain adalah.
a.       Tuhan tidak akan membebankan kewajiban-kewajiban kepada manusia diluar kemampuannya, karena hal tersbut tidak sesuai dngan ke adilan. Dan manusia di beri kemerdekaan oleh allah dalam kemampuan dan prbuatannya.
b.      Hukuman atau ancaman dan janji terjadi karena merupakan tuntutan keadilan yang sudah ditetapkannya.
Ke delapan : pengutusan rasul, pandangan maturidi ini berpendapat bahwa pengutusan rosul ketengah-tengah umatnya adalah kewajiban allah agar manusia brbuat baik dan trbaik dalam kehidupannya
Ke Sembilan : plaku dosa bsar , al-maturidih berpndapat bahwa orang yang berdosa besar tidak kafir dan tidak kekal di neraka walaupun ia mati sebelum bertaubat. Kekal di dalam neraka adalah balasan untuk orang yang berbuat dosa syirik.










DAFTAR PUSTAKA
____ Dr. Abdul Razak, Ilmu Kalam, Pustaka Setia,
 Bandung, 2009
____ Abubakar Aceh, Salaf, Islam Dalam Masa Murni, Ramadhani,
Solo,1986,
____ Ahmad Hanafi, Pengantar Teologi Islam, Penerbit al-Husna,
Jakarta, 1992,
____ Thablawi Mahmud Saad, at-Tashawwuf fi Turasth Ibn Taimiyah, al-HaL al-Hadis al-Mishriyah al-Ammah li al-Kitab, Mesir.1984.
____ Harun Nasution, Pemikiran Dalam Islam, di Pasca Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta,1996
____ Abdurrahman al-Yamani, Menuju Aqidah Yang Benar, Pustaka Azam, Jakarta Selatan,2001,
____ Abdullah Yusuf, Pandangan Ulama Tentang Ayat-Ayat Mutasyabihat, Sinar Baru, Bandung,1993
____ Dr.yusuf al-qaradhawai, aqidah salaf dan khalaf, pustaka al-kautsar, Jakarta timur,2006
_____ Muhamad qosim, fi ilm al-kalam, maktabah almishriah,
 kairo.1969
____ Qadir, Filsafat Dan Ilmu Pengetahuan Dalam Islam, yayasan obor,
 Jakarta, 1991
____ Abu Hasan Bin Ismail Al-Asy’ari , Maqalat Al-Islamiyin Wa Ikhtilaf Al-Mushaliyin, Istanbul,1992
____ Al-asy’ari,op.cit,hal.9,nasution,op.cit,
____ Abdulhye, ash’arism a history of muslim, philosophy,
Wiebedn,1963







[1] Dr. Abdul Razak, Ilmu Kalam, Pustaka Setia Bandung, 2009, hlm.109 
[2] Thablawi Mahmud saad, at-Tashawwuf Fi Turasth Ibn Taimiyah, al-Hai al-Hadis al-Mishriyah al-Ammah li al-Kitab, Mesir.1984. hal. 11-38
[3] Harun Nasution, Pemikiran Dalam Islam, di Pasca Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta,1996, hal.160
[4] Ibid , Hal.62-63
[5] Dr. Abdul Razak, Ilmu Kalam, Pustaka Setia Bandung, 2009, hlm.114
[6] Abdurrahman al-Yamani, Menuju Aqidah Yang Benar, Pustaka Azam, Jakarta Selatan,2001, Hal.267
[913] Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.
[7] Abdullah Yusuf, Pandangan Ulama Tentang Ayat-Ayat Mutasyabihat, Sinar Baru, Bandung,1993,hal. 58-60
[8] Dr.yusuf al-qaradhawai, aqidah salaf dan khalaf, pustaka al-kautsar, Jakarta timur,2006, hal. 26-27
[9] Abubakar Aceh, Salaf, Islam Dalam Masa Murni, Ramadhani, Solo,1986, Hal. 25
[10] Ahmad Hanafi, Pengantar Teologi Islam, Penerbit al-Husna, Jakarta, 1992, Hal. 104
[11] Qadir, Filsafat Dan Ilmu Pengetahuan Dalam Islam, yayasan obor, Jakarta, 1991,hal67-68
[12] Abu Hasan Bin Ismail Al-Asy’ari , Maqalat Al-Islamiyin Wa Ikhtilaf Al-Mushaliyin, Istanbul,1992, Hal. 70
[13] Al-asy’ari,op.cit,hal.9,nasution,op.cit,hal69
[14] Abdulhye, ash’arism a history of muslim, philosophy,wiebedn,1963,hal.234-235
[15] Dr. Abdul Razak, Ilmu Kalam, Pustaka Setia Bandung, 2009, hlm. 126-127
[16] Muhamad Qosim, fi ilm al-kalam, maktabah almishriah, Kairo.1969, Hal. 70

Tidak ada komentar:

Posting Komentar